Jumat, 28 Agustus 2009

Kemenangan Maria Pesta Pengharapan Kita

Sabtu, 15 Agustus 2009 di gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak para Bruder MTB (Maria Tak Bernoda) merayakan Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raga. Perayaan ini merupakan hari kemenangan Bunda Maria atas iman kepercayaan, kasih dan pengharapannya di dunia. Bukan hanya Bunda Maria, tetapi para MTB pun merayakan pengharapan itu.

Bruder MTB yang berlindung dalam naungan Bunda Maria ini merayakan pesta kaul. Mereka merayakan 60, 50, 25 tahun hidup membiara, kaul kekal dan profesi pertama. Dalam perayaan itu, Br. Claudius merayakan 60 tahun, Br. Amideus 50 tahun dan Br. Thomas 25 tahun hidup membiara. Ada tiga bruder yang berprofesi kekal, yaitu Br. Paulus Subekti, Br. Agustinus Agato, dan Br. Dionisius. Dan lima novis yang berprofesi perdana, yakni Br. Yohanes Bosko, Br. Mateus, Br. Patrisius, Br. Ambrosius dan Br. Hieronimus.

Perayaan ini dipimpin oleh uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM Cap. Dalam homilinya, uskup Agung Pontianak mengajak para bruder untuk meneladani Bunda Maria. Pesta ini bukan hanya pesta Bunda Maria, tetapi pesta kita. Maria seperti kapal yang sudah sampai di pelabuhan, sedangkan kita masih berlayar di tengah lautan menuju pelabuhan. Pelabuhan itu adalah surga. Maria telah hidup dekat dengan Allah pencipta, Yesus Kristus putranya dan para kudus.

Iman kepercayaan, kasih dan pengharapan Maria telah mengantarnya melihat dan merasakan kebahagiaan abadi di surga. Pesta kemenangan Maria ini juga merupakan pesta pengharapan kita. Jalan menuju ke surga terbuka lebar dan Maria adalah tanjung pengharapan kita.

Selesai Ekaristi di gereja, acara dilanjutkan di gedung Bina Remaja. Dalam acara tersebut, Dewan Umum para Bruder MTB, Br. Bram mengucapkan syukur dan banyak terima kasih bahwa kita boleh merayakan peristiwa istimewa ini. Perayaan ini merupakan titik temu antara masa lampau (60, 50, 25 tahun hidup membiara) dengan masa depan (kaul perdana dan kekal). Keduanya saling memerlukan. Masa depan saudara muda tidak terlepas dari masa lampau saudara tua. Dan sebaliknya, pilihan masa depan saudara muda ini ikut memberi makna khusus masa lampau saudara tua.

Dengan mengucapkan syukur dan terima kasih, saya tidak melupakan bahwa selama puluhan tahun bukan saja santapan manis yang disajikan para bruder melainkan juga pahit pun tidak ketinggalan. Namun, bruder telah rela menerima dan mengolah aneka macam penderitaan baik secara fisik maupun batin. Terima kasih atas kehadiran bruder dalam persaudaraan kita, apa yang telah dan masih dikerjakan. Kami bersyukur karena bruder menjadi saudara kami dan mudah-mudahan bruder pun dapat bersyukur kami dipanggil menjadi saudaramu. Selamat pesta kepada kita semua semoga pengaruh kehadiran Allah semakin nyata di antara kita, damai dan segala yang baik, salam atas nama Dewan Pimpinan Pusat. Profisiat!


Gerardus Weruin, MTB
Selengkapnya...

Menjadi Penulis Buku Ajar

Hanya orang sibuk yang mempunyai waktu. Demikian kata dosen UKDW, Yogyakarta Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM dalam memotivasi para guru di SMA Santo Paulus, Pontianak untuk menulis buku ajar(22/1 2009). Lanjutnya, mengutip dari pesan penerbit Kanisius ... dengan membaca kita jadi tahu, dengan bicara kita jadi siap, dan dengan MENULIS kita jadi PENELITI. Menjadi penulis bukan bakat. Bakat itu terlihat setelah orang menghasilkan suatu karya. Menulis tidak sulit. Asal kita mau dan berusaha tentu akan bisa. Kita boleh saja menggunakan tips ATIM (amati lalu tiru dan akhirnya modifikasi). Jika kita sering menulis, lama-kelamaan menjadikan kita sebagai peneliti. Karena kita mendapat kesempatan belajar berkomunikasi, berpikir secara holistik, mengembangkan keterampilan teknis-nonteknis dan akhirnya dapat meneliti. Selain itu, dengan menulis kita mendapat kesempatan untuk berafiliasi, mempraktikan profesional, membentuk opini sehingga melayani dan mempengaruhi lebih banyak orang.

Budi Sutedjo menantang para guru, benarkah menulis buku ajar itu sulit? Menurut dosen UKDW ini bahwa menulis bagaikan orang bicara. Kesulitan itu seperti siswa baru yang belajar bahasa Inggris, hanya karena takut salah merangkaikan kata dan mengucapkannya. Kalau siswanya berani mencoba, berani memulai dan berani ... tentu akan bisa! Untuk mengatasi rasa takut itu, orang harus diberi tekanan. Dengan tekanan orang akan berusaha mewujudkannya.

Sebagai motivator dalam menulis buku ajar, Budi menjumpai hambatan yang disampaikan calon penulis. Hambatan itu dipetakan ada tiga, saat memulai, sedang menulis dan penyelsaian. Dikatakan, hambatan saat memulai menulis seperti tidak berbakat, sulit berpikir sistematis dan sederhana, sulit menyusun materi yang menarik, ada perasaan takut dan sia-sia, belum pengalaman, tidak punya waktu dan sudah banyak yang menulis buku itu. Pada tahap sedang menulis seperti pilihan kata, bahasa terbatas, peluncuran ide terhambat, tidak dapat mengejar target waktu, waktu dirampok TV, teman, acara, rapat bertele-tele, hoby dan lingkungan tidak mendukung. Pada tahap selesai hambatannya seperti ada rasa tidak puas, rasa puas yang tertunda, frustrasi banyak salah ketik, masih banyak yang mau ditambahkan dan disempurnakan. Sang penulis buku ajar untuk SMP dan SMA ini mengharapkan agar Bapak Ibu guru hendaknya memandang hambatan tersebagai ”hukuman” yang harus diselesaikan. Hambatan juga berarti dapat memurnikan tujuan, motivasi, semangat dan kemauan sang penulis. Ketika orang diberi tekanan maka ada daya tahan dan berjuang. Tips-tips untuk menulis : kaya infomarsi (baca, gaul, dengar), peka terhadap perkembangan, mampu pertimbangkan informasi yang ada, melihat gerakan pembaca, mampu menganalisis, mampu memilah/menggolongkan, dan menarik kesimpulan.

Tips-tips menulis buku ajar : tulis materi secara sederhana. Materi itu didukung oleh ide-ide dengan menyajikan contoh-contoh praktis, latihan secara bertahap, tips informasi, rangkuman, praktikum dan soal-soal evaulasi. Sederhanakan alur pemikiran dalam pilihan kata karena pembaca ingin segera menentukan pikiran utama. Jangan takut menerima masukan orang lain karena sulit bagi penulis secra objektif dan kritis menilai hasil karyanya. Jangan menerima pujian lebih dahulu sebelum mendapat koreksi. Jangan lupa gaya sesuai dengan sasaran pembaca.

Menulis buku ajar bagi guru itu mudah. Karena hanya merangkum apa yang diajarkan, kecuali ia tidak menguasai apa yang diajarkan. Maka menulis itu perlu keuletan supaya kelak menjadi kupu-kupu yang indah. Selama menempuh perjuangan dan derita menjadi penulis bangkitkan semangat terus dengan mengingat manfaatnya. Jangan menunda karena tenggang waktu sangat sempit. Bebaskan diri untuk berkreasi, jangan terjerat oleh contoh atau aturan baku. Dengan terus menulis menjadikan guru terus-menerus refleksi akan proses pembelajaran sehingga ada perubahan yang positif terhadap siswa. Selain itu, membantu guru menentukan metode pembelajaran yang beragam sehingga menyenangkan siswa dalam belajar.
Sementara Jessica Christie, mahasiswa yang juga motivator dan nara sumber penulisan buku ajar mengsharekan pengalamannya meneliti siswa dalam belajar. Siswa mengungkapkan bahwa mereka dalam belajar dibebani banyak tugas dan latihan. Guru kurang memahami dan mengerti bagaimana mungkin siwa harus mengerjakan tugas dan latihan dari sejumlah mata pelajaran? Mereka stres dan frustrasi belajar sungguh menjadi beban. Ini bermuara pada teror mental siswa. Siswa menghendaki supaya latihan, tugas, soal tes harus sesuai dengan kemampuan dan memberikan semangat untuk mengerjakan.

Guru sebaiknya memperhatikan materi secara sistematis, runtut, dan disertai contoh yang banyak. Cara mengajarnya sebaiknya cerama yang menarik (entertaiment), bahasa yang digunakan mudah dipahami, memeberi bantu loncatan untuk pemahaman materi, dan jangan berbasis tugas. Antara teori dan praktik harus berkaitan erat dengan materi, disampaikan step by step dalam pengoperasian alat, para siswa jangan dianggap sudah bisa. Selain itu, secara finansial agar hemat, pengeluaran terkendali, dan mendapat informasi gratis. Secara teknis, agar siswa cepat mempelajari materi, melakukan pengutipan, dan fleksibel ( konsultasi, tugar hasil kerja kelompok, pengumpulan tugas via email, mendapatkan materi pelajaran kapan dan di mana saja).

Dalam pembelajaran siswa pun mengalami kesulitan. Jika guru menggunakan IT (informasi teknologi), siswa bagaikan robot. Tatap muka siswa dengan guru menjadi kurang, hilang kebijaksanaan guru, dan pemberian tugas materi cenderung copy flash to flash. Keterampilan IT siswa tidak merata, karakteristik komputer siswa tidak semuanya sama bahkan ada yang tidak punya, lemah dalam bahasa Inggris, dan kesulitan membaca cepat. Pembelajaran IT membentuk mental tidak mau susah (hanya copy paste), malas, dan siswa masih memilih guru yang ’keren’ dan ’beken’. Kesulitan secara finansial, yakni biaya pembelian komputer dan biaya hubungan internet. Selain itu, terdapat perbedaan pandangan bahwa siswa ingin menikmati kehidupan sementara informasi dan ilmu pengetahuan melaju tiada hentinya, siswa mau menikmati pergaulan sedangkan guru memberikan banyak tugas. Dengan demikian, dalam hal teknis tidak jarang slide materi dan teknik penyampaian membosankan. Materi hanya berupa teks, kurang ada visualisasi dalam bentuk animasi atau film. Pembelajaran yang berbasis pustaka, teknologi informasi terasa kaku dibandingkan dengan tugas lapangan.
Dalam pembelajaran siswa berharap TI tidak sekadar menggunakan komputer, tetapi model pendidikan dapat dilakukan lebih menarik dengan mengoptimalkan fasilitas multimedia. Guru dan siswa hubungannya tidak sekadar seperti robot. Meskipun menggunakan TI, para guru harus tetap memiliki hati dan kebijaksanaan. Materi yang didownload hendaknya berukuran kecil, sehingga dapat didownload di rumah. Guru cepat merespon email saat siswa konsultasi. Web sekolah memiliki tampilan yang menarik dan cepat dibuka.

Menciptakan keunggulan dan menyusun buku ajar
Dalam menciptakan keunggulan, penulis harus memperhatikan paparan materi dan dinamika. Secara umum paparan materi harus sistematis (alur pembahasan berurutan dan mengalir) bahasa dan penggunaan istilah yang mudah dipahami, dan contoh-contoh yang sesuai dan mudah dicerna sehingga mendukung pemahaman. Buku ajar memiliki dinamika sehingga mendukun siswa memahami, mengingat dan menerapkan materi. Usaha dinamika dapat menyentuh seluruh aspek, yakni indra, pikiran, dan perasaan siswa seperti : paparan materi, informasi, praktik, tugas, diskusi, kegiatan (pengamatan, analisis, pembuatan kesimpulan) ringkasan pelajaran, dan soal. Sistematika buku ajar disusun dengan memperhatikan kompetensi yang akan ditumbuhkan (lihat SK dan KD). Jabarkan kompetensi itu dalam materi ajar, contoh menguraikan pokok-pokok pikiran dan akhirnya uraikan itu dalam bentuk paragraf.

Pengeritan, Kegunaan dan penilaian Tes atau Soal

Tes ialah suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Setiap tes menuntut keharusan adanya respon dari orang yang dites yang dapat disimpulkan sebagai suatu atribut pendidikan yang dimiliki oleh orang lyang dites yang sedang dicari informasinya. Tes dapat dikelompokan ada uraian (terbatas jawban singkat, melengkapi; bebas sederhana dan ekspresif) dan pilihan (benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda: biasa, analisis kasus, kompleks, membaca diagram). Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas seperti : mengukur tinggi, berat, suhu, pendengaran, penglihatan, kepekaan lebih kompleks, psikologik, kecerdasan, kematngan berpikir, kepribadian yang dewasa sangat kompleks. Pengukuran terhadap siswa dapat dilakukan dengan atribut atau karakteristik siswa, bukan siswa itu sendiri. Tidak jarang terjadi siswa yang mendapat nilai-nilai rata-rata, ternyata kelak ia menjadi manajer, sedangkan yang nilainya tinggi justru menjadi karyawan. Perlu kita sadari bahwa pengukuran terhadap siwa berdasarkan atribut atau karekteristik berarti hanya mengukur sebagian dari seluruh potensi, talenta dan diri siswa tersebut. Gunakanlah angka atau skala dan aturan atau formula tertentu. Misalnya skala nominal : benar = 1, salah = 0; skala ordinal : menunjukkan urutan tanpa memperhatikan jarak antara urutan tersebut, misalnya ranking 1 tidak berarti dua kali lebih pandai dari ranking 2; skala interval angka yang menunjukkan jarak yang sama dari angka yang berurutan, misalnya 1 ke 2, sama jaraknya dengan 3 ke 4; skala rasio (pandangan), misalnya rumah A ke SMA 2 km, rumah B ke SMA 4 km, jadi jarak rumah A hanya ½ dari jarak rumah B ke SMA.

Kegunaan tes, pengukuran dan penilaian untuk seleksi, penempatan, diagnosis kekuatan dan kelemahan, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, memperbaiki kurikulum dan program pendidikan, dn pengembangan ilmu atau metodologi. Adapun etika tes sebagai berikut. Tes menggambarkan rahasia pribadi siswa, sehingga perlu dijaga dan dihormati pribadi siswa; jangan menciptakan suasana kecemasan yang berlebihan, karena tes itu sendiri memiliki daya yang menimbulkan rasa cemas; tidak jarang tes justru menghukum siswa yang kreatif, karena tidak memberi ruang jawaban yang mengandung gagasan atau pola berpikir yang kreatif; tes selalu terikat pada ”budaya” penyusun tes, sehingga tidak jarang siswa gagal karena berbeda budaya. Tes hanya mengukur sebagian dari keutuhan pribadi siswa. Untuk itu, hindarilah pola penilaian yang bergerak, cap terhadap siswa, karena hal itu dapat membentuk apriori penilaian. Penilaian memiliki potensi kesalahan dalam menginterpretasi hasil tes.

Pelaksanaan tes hendaknya diberitahukan, termasuk kisi-kisinya. Guru harus menjelaskan cara menjawab yang dituntut dalam tes. Guru perlu memotivasi peserta tes, jangan menciptakan ketakutan. Jumlah soal harus berbanding dengan jumlah waktu yang diberikan kepada siswa untuk menjawab. Guru harus memperhatikan distribusi tingkat kesukaran soal seperti perbendaharaan kata yang dimiliki siswa (tingkat bacaan), tingkat keterampilan untuk menguraikan masalah dan mencari solusi (jam berlatih), banyak materi yang harus dihafalkan (daya ingat), pola kalimat yang memiliki siasat logika perpikir, lompatan dari metode mengajra ”memberitahu” ke metode menjawab ”analisis atau ”terapan” dan tujuannya bergeser dari menilai penguasaan materi menjadi tes mental. Tingkat kesukaran harus berimbang untuk memotivasi siswa dalam belajar. Untuk itu, guru harus menyusun kisi-kisi tes dengan memperhatikan proses berpikir : ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Selengkapnya...

Alam Menjerit ‘Sakit’

Kata bijak seorang Indian tua, “Ketika sungai terakhir sudah kering, pohon terakhir ditebang, orang baru sadar bahw uang tidak bisa dimakan.” Kata bijak itu dapat diteruskan lagi. Ketika hewan terakhir dibunuh, ketika hutan terakhir dibakar menjadi lahan perkebunan, bukit terakhir digali-diratakan, dan sampah-sampah bertumpukan di mana-mana orang baru sadar bahwa alam ini sakit dan bisa marah. Tangan-tangan sebagian orang yang tidak bertanggung jawab itu telah menyakitkan alam yang indah dan harmonis. Keindahan dan kekayaan ala mini kian hari dirampas, dijarah, dan ‘diperkosa’ dengan tidak adil. Kini alam hanya menjerit ‘sakit’ dab sebenatar lagi akan menerima ajalnya, kepunahan hidup.


Seandainya alam bisa menjerit, berteriak, dan protes, ia akan berdemonstrasi kepada manusia. Namun, itu tidak ia lakukan. Ia hanya diam membisu dan menerima-melayani semua perlakuan manusia atas dirinya. Alam tidak dapat bersuara. Ia hanya memberi isyarat bahwa ekosistemnya yang harmonis dan baik adanya seperti sedia kala sedang disakiti oleh manusia. Ia mencoba menjerit dan isyarat bahwa ada erosi, banjir, longsor, gersang, tandus, panas, polusi udara, tanah kehilangan humusnya, air sungai keruh, populasi hewan-hewan mulai punah, dan perubahan iklim yang tidak teratur yang berbuntut global warming. Isyarat demi isyarat datang menemui manusia, tetapi itu semua dipandang sebelah mata. Manusia tidak sadar bahkan semakin menyakiti alam, sehingga alam terus menjerit. Alam mau berdemonstrasi kepada manusia, tetapi manusia sendiri tidak ada belas kasihan, keprihatinan dan mendengarkan jeritan alam tersebut.

Hari demi hari sebagian manusia terus-menerus mengadakan eksploitasi dan perlakukan yang tidak adil terhadap alam. Manusia tidak pernah puas mengeruk, menjarah bahkan memperkosa alam untuk keperluan hidupnya. Alam selalu diobjekkan, sehingga tidak ada rasa hormat dan menghargai alam ini. Tampaknya belum ada kesadaran manusia bahwa alam yang diciptakan Sang Pencipta ini harus dipelihara dan dijaga demi kelangsungan hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kekayaan ala mini bukan hanya dinikmati oleh generasi tertentu saja. Eksplorasi tanpa batas, penggunaan teknologi modern yang salah sasaran, dan nafsu serakah sebagian orang yang tidak pernah mencapai titik klimaks rasa puas menyebabkan alam ini menderita sakit. Sungguh disayangkan, struktur alam yang pada mulanya baik adanya, harmonis, dan indah itu kini telah dijarah, dirampas, dan diperkosa oleh kaki tangan yang angkuh dan merasa diri berkuasa atasnya. Sampai kapankah manusia merasa selalu berkuasa atas alam ini? Jika tidak ada kesadaran akan kekuasaan yang dipercayakan kepada manusia dalam memaknai alam, sebenarnya tindakan manusia membawa dampak baik terhadap alam maupun manusia sendiri. Tindakan manusia itu mengakibatkan alam sakit demikian pula manusia. Jadi, sama-sama menderita sakit atas tindakan itu. Yang paling terasa sekarang ini berupa global warming, perubahan iklim yang tidak menentu dan penyakit yang aneh-aneh.
Manusia yang mendapat mandat dari Sang Pencipta untuk memelihara dan memanfaatkan alam seharusnya bersikap belas kasihan terhadap alam yang sudah mulai sakit ini. Ada rasa menghormati dan menghargai alam yang memberikan kehidupan bagi manusia. Alam dipandang sebagai subjek karena semuanya karya tangan Sang Pencipta. Kalau melihat alam sudah mulai sakit, manusialah yang harus berusaha mencegah dan mengobati. Bukannya semakin menambah parah sakitnya.

Paradigma itu karena sumber kehidupan semua makhluk di jagad termasuk manusia hanya satu, yaitu Allah, Tuhan Sang Pencipta. Satu dengan yang lain adalah sahabat dan saudara. Sebagai ciptaan, manusia dan alam ini sama. Kita hanya berbeda dalam fungsi. Fungsi khas manusia adalah bekerja sama (co-creator) dengan Sang Pencipta dalam menyempurnakan karya ciptaan ini. Manusia hidup, bekerja dan mengolah alam hendaknya sesuai dengan maksud dari Sang Pencipta. Segala isi kosmos adalah manifestasi kehendak Allah. Apa yang hidup dan bergerak dalam kosmos ini merupakan cermin dari karya Allah. Jika demikian, tidak ada unsur kejahatan, saling menyakiti antara manusia dan alam. Bila alam menjerit sakit, manusia pun akan ikut menejerit sakit. Siapakah yang harus merawat dan mengobatinya? Apakah ini takdir dan hukuman dari Allah, Sang Pencipta? Tidak! Ini semua adalah konsekuensi logis hukum sebab akibat dari suatu tindakan manusia sendiri.

Br. Gerardus Weruin, MTB
(sudah dimuat di majalah DUTA, hari lingkungan hidup, 2003)




Salam Bruder Gerard,

Kekecewaan Bruder atas perilaku anak didik di SMA Paulus dapat dimaklumi namun kiranya jangan menjadi "harga mati" bahwa mereka sudah tidak dapat di ubah lagi. Peluang tetap ada, karena usia mereka masih muda dan masih sangat mungkin untuk di ubah ke arah yang lebih baik, bukankah itu fungsi pengetahuan & tugas pendidikan yang mengasah batu alam menjadi intan permata ?

Karena diminta ide dari Bruder, maka saya kasih saran sbb:
Isu sadar lingkungan dan kebersihan perlu ditumbuhkan terlebih dahulu dari pengelola sekolah dengan membuat suasana / situasi yang bersih (infrastuktur & orangnya) setelah itu konsisten merawat. Pada bagian konsistensi merawat inilah anak didik dilibatkan secara lebih serius, hanya saja......mungkin karena perkembangan jaman maka metode melibatkan mereka dalam menjaga kebersihan bukan lagi berbentuk suruh mereka cuci WC dan membersihkan selokan (yang oleh sebagian orang tua ditentang karena alasan higien), ok lah....mungkin dapat di cari cara yang lebih terlihat elegan namun tidak mengurangi pesan moralnya, misalnya mereka diserahkan tanggung jawab untuk mengelola kebersihan ruang kelas, WC , halaman selokan dll dan pihak sekolah lah yang mereview hasil kerja mereka. Model aplikasinya bisa saya buatkan kalau pihak sekolah tertarik.
Soal lapangan volley yang di semen, banjir & kurang penghijauan, kalau alasan yang dulu sudah tidak cocok lagi situasi & kondisi saat ini, tentu tidak boleh ditinggal diam dong..... Coba undang kontraktor atau landscaper secara terbuka (alumni atau non alumni, ini kompetisi bebas)) untuk design ulang lingkungan sekolah, kalau soal drainase di luar lingkungan sekolah mampet, coba hubungi Pak Walikota Sutarmiji (alumnus SMA Paulus 81 lho...) bicarakan & lihat apa yang bisa dia bantu ? kalau soal kurang penghijauan rasanya urusan tanam pohon tidak harus mulai dari kecambah lagi deh..... kita bisa pesan pohon besar (umur dewasa) untuk di tanam di dimana saja sesuai pesanan seperti yang terjadi di depan hotel & mall.
Mudah-mudahan isu ini dapat berkelanjutan & tidak berhenti sebatas diskusi milis saja, dan Selamat bertugas untuk Br.Yanuarius & kabinetnya, kiranya isu sadar lingkungan & kebersihan bisa memperoleh porsi perhatian yang lebih besar lagi. Serta terimakasih kepada Br. Aloysius & kabinetnya atas pengabdiannya di periode yang lalu.


Salam,
Wiro Asali











Saya takjub dengan keberadaan incenerator (alat pembakar sampah) di salah satu bagian lapangan sekolah yang perlu di pikirkan lagi adalah konsistensi petugas untuk lebih memanfaatkan alat tersebut sehingga lingkungan sekolah




Hampir menjadi kelemahan semua orang adalah di dalam konsistensi menjaga


__._,_.___






GO GREEN!!!!



















GO GREEN!!!!
Servern Cullis-Suzuki
Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak" yg mendedikasikan diri Untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah" lingkungan.Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB tahun 1992, dimana pada saat itu Seveern yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang" terkemuka yg berdiri dan memberikan Tepuk Tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.Inilah Isi pidato tersebut: ( sumber The Collage Foundation )Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children OrganizationKami Adalah Kelompok dari kanada yg terdiri dari anak" berusia 12 dan 13 tahun. Yang mencoba membuat Perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.Saya berada disini mewakili anak" yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang" yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan"nya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang" dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang" liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu". tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal" tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah" kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang?Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahan nya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahan nya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan" salmon ke sungai asal nya.Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang" yang telah punah.Dan anda tidak dapat mengembalikan Hutan-Hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, Anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki" dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.Saya Hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.Di Negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. walaupun begitu tetap saja negara" di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak" yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya , dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak" jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal . dan Cinta dan Kasih sayang " .Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak" tersebut berusia sama dengan saya , bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak" yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .Saya hanyalah Seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua Uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain.Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.Tidak menyakiti makhluk hidup lain, Berbagi dan tidak tamak.Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarakan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak" anda semua , Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak" mereka dengan mengatakan " Semuanya akan baik-baik saja ". 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan' dan ' ini bukanlah akhir dari segalanya'Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua?Ayah saya selalu berkata ' kamu akan selalu dikenang karena perbuatan mu bukan oleh kata" mu 'Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata" tersebut.Sekian dan terima kasih atas perhatian nya.Servern Cullis-Suzuki telah membungkam 1 ruang sidang Konfrensi PBB, membungkam seluruh Orang" penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya, setelah pidato nya selesai serempak seluruh Orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun.dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidato nya.." Hari ini Saya merasa sangatlah Malu terhadap Diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa penting na linkungan dan isi nya disekitar kita oleh Anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun Naskah untuk berpidato, sedang kan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "------------ --------- --------- --------- --------- ---------Cerita ini benar" terjadi dan pidato severn Cullis-Suzuki itu benar" pidato yang dikatakan nya dalam pidato tersebut tanpa dilebih" kan .Apa yang anda dapat dari cerita tersebut?


Luar biasa anak yang berumur 12 tahun waktu itu sudah berani berpidato di depan sidang international. Bukan hanya berpidato akan tetapi sudah berpikir tentang bagaimana menyelamatkan lingkungan hidup yang kita kongsi bersama. Two thumbs up for her. salud untuk dia.Kalau ada yang mau lihat pidato asli nya bisa klik link ini: http://www.youtube.com/watch?v=TQmz6Rbpnu0&feature=relatedSaya coba ceritakan sedikit yang yang sudah di lakukan Amerika, khususnya California.Kota San Fransisco sudah melarang mengunakan kantong plastik kresek, yang mana merusak lingkungan dan plastik itu akan hancur memakan waktu paling sedikit 30 tahun atau lebih. Dan rencananya Kota Los Angeles dan banyakkota lagi akan ikut langkah tersebut.Starbuck coffee, kalau anda bawa cup sendiri , kamu akan dikasih discount 10%.Mobil hybrid di California yang bisa menempuh 45 mile keatas diperbolehkan di jalur 3 in 1 biarpun sendiri yang nyetir dan beberapa waktu lalu pembeli mobil hybrid dikasih tax credit , akan tetapi sekarang ngak ada fund itu lagi, akan tetapi sekarang orang yang pasang solar cell di rumah sekarang di kasih tax credit , dan itu tergantung state masing-masing juga.Beli toilet, faucet yang bisa hemat air, dapat rebate, beli A.C, water heater, lampu, jendela, kulkas, kompor,mesin cuci yang hemat energy juga dapat rebate.Saya berusaha mulai dari lingkungan sendiri, dan saya ajarkan anak saya recycle (pemulung) all beverage container ( botol, kaleng minuman), dan anak-anak juga senang karena mendapatkan uang jajan.Print kertas bolak balik, cuci mobil pakai ember air instead selang air, waktu sikat gigi, atau lagi shampoo, airnya dimatikan dulu.Dan masih banyak lagi yang dibisa kita lakukan asalkan ada kesadaran dan kemauan meyelamatkan likungan hidup yang sehat, yang penting kita sendiri yang mulai dulu.Bagaimana kita usulkan untuk Br. Aloysius (Santo Paulus +SD+SMP ) sebagai pelopor dalam hal lingkungan hidup.Seperti kita tanamkan lebih banyak pohon lagi, olah kompos dari sampah organik, recycle.Dalam science class juga bisa diajarkan cara membuat Ethanol dari singkong, tebu, tanaman lainnya, mengolah sampah menjadi energy (Biomass energy),dan yang sebenarnya paling bagus adalah tenaga sinar matahari( Solar energy) karena kita pass di bawah equator yang mana titik panas selalu ada dan lebih panjang waktunya.Salam David

Cungkilan kisah mengenai penyelamatan lingkungan hidup selalu merambatkan getaran keterpesonaan, suatu sikap takjub dan makhlum yang mendalam. Sebab bagaimanapun kita - manusia adalah bagian kecil dari kosmos yang besar dan menakjubkan.Aku membaca sepotong kisah yang dimuat di Kompas 19 Januari lalu, kisah si Badri Ismaya. Kisah itu membuat saya percaya bahwa jangan-jangan ada mukjizat, kata lain dari sesuatu yang menakjubkan. Mukjizat dalam versi ini tak datang ke dunia secara spektakular. Ia menyusup dalam berkas-berkas kecil. Empat tahun setelah tahun 1975 ia keluar masuk hutan dengan gergaji dan parang. Ia merusak hutan dan mnejual kayu hutan sebagai kayu bakar. Ia mendapatkan nafkah dengan merusak hutan. Tapi suatu ketika, 6 Oktober 1979, ketika ia beristirahat dari penat, setetes air menetes dari pohon yang baru ditebangnya. Setetes air itu menjadi titik kulminasi hidupnya. Setelahnya ia memang keluar masuk hutan tapi tak lagi memotong pohon, malah ia menanam pohon. Selama 3 dasawarna ia berusaha menanam dan terus menanam, walau ia mesti kehilangan pekerjaan, tak ada penghasilan, dimarah istri, dianiaya oleh spekulan tanah dan petugas keamanan.
Saya kira kita perlu melihat bahwa kisah orang ini adalah sebuah cerita penebusan yang mendasar: di zaman yang dibentuk oleh keserakahan manusia, Badri jadi sebuah antidot. Ia menangkal kerakusan. Ia tak mengambil. Ia menyumbang. Agaknya ia tak ingin kita membunuh diri dengan saling menghancurkan, setelah putus asa melihat diri sendiri sebagai unsur yang keji di planet bumi. Agaknya ia ingin manusia seperti pohon hutan: makhluk yang luka tapi memberi tetes air dan keajaiban.
Agaknya keajaiban tak akan pernah terentang nyata ketika penyelamatan lingkungan hidup hanya sebatas wacana. mukjijat itu hanya akan merembes dalam sikap kerendahan hati yang memberi tanpa lagi ditangkap oleh sikap 'rakus'.
dan saya yakin, di luar sana, banyak pahlawan lingkungan hidup sekalipun mereka tak pernah dikenal. :)

jabat erat,
Bernard
Selengkapnya...

UN Meningkatkan Mutu Pendidikan?

Harap-harap cemas, takut, pesimis itulah perasaan peserta didik dalam menanti hasil ujian nasional (UN). Bukan hanya peserta didik saja, tetapi para guru, kepala sekolah, orang tua murid, dan pihak yang terkait pun demikian. Perasaan itu karena hasil UN sangat berpengaruh pada jenjang berikutnya, seperti dari SD ke SMP, SMA dan perguruan tinggi. Hasil UN juga menjadi gambaran kinerja para guru dan kepala sekolah. Profesional guru dan kepala sekolah menjadi pertaruhannya. Sekolah-sekolah mendudukan prestasi UN sebagai ajang pertarungan reputasinya bagi masyarakat, dinas pendidikan dan pemerintah daerah. Selain itu, hasil UN menjadi indikator mutu pendidikan di tanah air kita.
Namun, pernahkah kita berintrospeksi atas eksistensi UN? Jika UN tetap dipertahankan, kita akan bertanya-tanya ke manakah arah pendidikan di tanah air ini? Umpan balik dari UN selama ini tidak memberikan kontribusi yang handal, cerah ke arah peningkatan mutu pendidikan yang signifikan dan komprehensif. Bahkan justru UN mematikan roh pendidikan kita. Tidak sedikit dampak negatif dalam pendidikan kita. Dalam realitas, UN hanya mengaburkan proses pembelajaran, peserta didik, dan pendidik itu sendiri.
Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, peserta didik hanya menjalani latihan soal. Selama di kelas terakhir peserta didik dibekali dengan prediksi, bayangan soal-soal, cara cepat dan tepat menjawab. Tidak cukup waktu di dalam kelas, peserta didik harus mengikuti bimbingan belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Selain itu, ada juga peserta didik mengikuti les privat. Setelah menempuh cara-cara belajar yang demikian, peserta didik mengikuti try out. Bahkan sekolah mengadakan try out beberapa kali. Alhasil, bukannya meningkat malah semakin menurun, hanya beberapa peserta didik yang siap.
Proses pembelajaran lebih berkonsentrasi dan berorientasi pada UN. Pembelajaran dikondisikan bergaya instant, karbit, tanpa cara berpikir yang benar, dan nilai-nilai hidup. Cara ini menciptakan peserta didik untuk bersikap curang. Bahkan guru, kepala sekolah dan pihak terkait pun ikut curang. Demi mencapai target angka lulus kita mendengar ada yang menyontek, boncoran jawaban, dan sikap tidak jujur pun tetap ditempuh. Pelaksanaannya hanya mendatangkan ‘sakit’ bagi peserta didik dan guru. Secara fisik peserta didik mulai sakit seperti flu, demam dan pusing. Secara psikis siswa dan guru pun merasa takut, grogi dan stres. Sangat disayangkan, peserta didik dalam proses pembelajaran sampai dengan evaluasi harus ‘menderita’ baik fisik maupun psikis. Inikah cara kita meningkatkan mutu pendidikan?
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan model pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pendidik sebagai fasilitator dan motivator, sehingga peserta didik menjadi inisiatif, aktif, kreatif, dan inovatif. Maka proses pembelajaran dan penilaian harus integral. Model penilaian harus bertolak dari proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran dengan fasilitas, sarana prasarana yang sangat terbatas di setiap daerah, sumber daya manusia (SDM) guru yang berbeda, kemampuan peserta didik yang heterogen, kita perlu berpikir lagi tentang UN. Karena UN hanya menetapkan standar nilai yang harus dicapai siswa. Apalagi soal-soal UN sangat terbatas (limitative), sehingga tidak terakomodasi kemampuan peserta didik yang komperhensif. Bahkan UN kurang adil karena membuat dikotomi terhadap mata pelajaran yang dipelajari peserta didik. Ada sejumlah mata pelajaran, tetapi yang diujikan hanya beberapa saja. Maka sebenarnya UN mengabaikan disparitas kondisi di tiap daerah. Standar bukan soal nilai-angka target UN melainkan fasilitas, sarana prasarana dan SDM guru-guru yang berkualitas.
Dalam kelas pendidik tidak lagi mengikuti rambu-rambu dalam KTSP. Semuanya itu karena tuntutan UN lain. Demi UN, pendidik melaksanakan pembelajaran dengan model latihan dan membahas soal-soal baik dari buku teks, LKS ataupun soal-soal UN yang silam. Bahkan pembelajaran hanya terfokus pada kisi-kisi materi UN. Tidak heran pembelajaran sangat monoton dan membosankan peserta didik. Bentuk pembelajaran seperti itu hanya menurunkan kredibilitas pendidik, sehingga peran ini ‘tergantikan’. Masyarakat mulai membuka praktik ‘bimbingan belajar’ bagi peserta didik untuk menghadapi UN. Akhirnya, peserta didik lebih mengandalkan bimbingan belajar daripada pembelajaran di dalam kelas lagi.
Di sisi lain, kredibilitas pendidik semakin diragukan manakalah pemerintah melibatkan pihak-pihak lain untuk mengawas-memantau pendidik dalam pelaksanaan UN. Pihak pemantau independen dari perguruan tinggi, kepolisian, dinas pendidikan secara bersama mulai memantau kerja pendidik dalam UN. Akibatnya pendidik pun merasa takut, grogi dan tidak bebas lagi dalam bertugas. Hasil pekerjaan siswa tidak dikoreksi guru, tetapi komputer. Harus diakui computer pun tetap ada kekurangannya. Hasil koreksinya tidak pernah dikembalikan kepada siswa atau guru. Mereka hanya mendapat nilai di atas kertas. Apa motif semuanya ini? Yang jelas pendidik sudah mulai kehilangan wibawa dan kredibilitasnya. Jika sistem pendidikan dan pengajaran kita seperti ini, benarkah UN itu meningkatkan mutu pendidikan? Pembelajaran di sekolah dan sistem pendidikan yang berlaku sangat kontradiksi. Pendidikan kita tidak lagi konsisten dan komitmen dalam pembelajaran dan penilaian (evaluasi), bagaimana mungkin UN menjadi tolak ukur mutu pendidikan?
Dampak bagi Sekolah
UN memberi dampak bagi sekolah secara positif dan negatif. Jika persentase kelulusan UN mencapai 100%, sekolah itu bermutu. Reputasinya baik dan dipercayai masyarakat. Orang tua akan antean mendaftarkan anaknya. Sekolah tersebut akan mendapat peserta didik yang terselesksi (bibit unggul). Sebaliknya, jika persentase kelulusan tidak mencapai 100% sekolah itu tidak bermutu. Masyarakat kurang percaya lagi pada sekolah tersebut. Maka orang tua pun ragu-ragu menyekolahkan anaknya. Apalagi dalam pelaksanakan UN terendus sekolah itu curang (tidak jujur) kepala sekolah siap diganti atau pindah dan sebagainya.
Benarkah mutu pendidikan sekolah hanya diukur dengan hasil UN? Masih banyak unsur yang harus dicermati lagi. Aspek kemampuan peserta didiknya, keprofesionalan pendidik, penerapan kurikulum dan model pembelajaran, sarana dan prasaran pendukung, dana dan sebagainya perlu ditinjau lagi. Pendidikan tidak mengejar target nilai atau angka yang distandarkan supaya lulus, tetapi membantu peserta didik dalam kehidupannya. Non scholae set vitae dicimus. Itulah tugas esensial dan roh pendidikan di sekolah. Sebab kalau tidak disiapkan dengan baik, peserta didik tidak mampu bersaing yang pada akhirnya menambah pengangguran dalam masyarakat. Selain itu, peserta didik akan kehilangan identitas dirinya, budaya bangsanya karena nilai-nilai kemanusiaannya terabaikan.
Perbaiki Mutu Pendidikan
Usaha memperbaiki mutu pendidikan di tanah air ini bukan semata-mata dengan mengadakan UN. Usaha itu sangat tidak substansial. Yang patut diperhatikan bersama, yakni kita harus konsisten dan komitmen atas kurikulum, kebijakan, dan sistem pendidikan. Jika itu rancu dan ambivalen, pendidikan kita tetap terpuruk dan tidak mampu bersaing dalam percaturan global dan modern ini.
Untuk itu, perlu revitalisasi dan restrukturisasi UN dalam pendidikan kita. Pelaksanaan UN harus ditinjau kembali. Selain itu, perlu adanya perubahan paradigma bahwa UN bukanlah cermin mutu pendidikan. Bebaskan UN dari berbagai kepentingan dalam pendidikan. Karena UN tidak ‘adil’, ia telah mengikis nilai-nilai pendidikan. Untuk memperbaiki mutu pendidikan, konsentrasi dan orientasi kita bukan pada UN, tetapi lebih pada pendidik, peserta didik, fasilitas, sarana dan prasarana serta dana yang cukup.
Perhatian berikutnya, yaitu pendidik. Karena guru merupakan garda terdepan pendidikan formal. Kita mempunyai kurikulum yang bagus, sarana dan prasarana yang lengkap, dana yang cukup, tetapi pendidik tidak profesional tetap nihil. Kita membutuhkan figur pendidik bukan hanya profesional, tetapi mempunyai hati untuk mendidik dan mengajar. Maka perlu pemberdayaan sang guru dalam tugas pendidikan dan pengajaran. Pengembangan diri sang guru menjadi profesional, sehingga menjadi kritis, kreatif, inovatif, dan kompatibel menghadapi tantangan zaman ini. Selain itu, guru juga dibekali dengan nilai-nilai hidup, sehingga ditularkan kepada peserta didiknya. Dalam bertugas, guru harus otonomi tanpa intimidasi dari berbagai pihak demi kepentingan tertentu.
Akhirnya, perlu ada perubahan paradigma tentang UN. UN bukan untuk menentukan mutu pendidikan, tetapi lebih sebagai umpan balik dalam proses pembelajaran. Kehadiran UN bukan menakutkan dan beban bagi semua pihak. Dengan demikian, praktik kecurangan dan intimidasi antarberbagai pihak tidak terjadi lagi. Di samping itu, sistem dan kebijakan pemerintah harus konsisten dengan kurikulum, sarana prasarana, pendidik, peserta didik, dan dana yang diperlukan. Dengan memperhatikan semua aspek tersebut, pelaksanaan UN dimaksudkan lebih memotivasi dan memacu semua sekolah untuk berkompetisi secara sehat, sehingga mendapat gambaran perkembangan pendidikan di tanah air ini secara valid. Semoga.

Gerardus Weruin, MTB guru SMA Santo Paulus. Selengkapnya...