Senin, 20 April 2009

SMA Santo Paulus Dalam Kenangan

Apa yang masih dapat dikenang kalau orang-orang pada bincang-bincang tentang SMA Paulus? Tentu saja bincangan para alumni dari setiap angkatan akan berbeda. Akan tetapi, satu hal yang patut dicatat bahwa Paulus yang dulu telah mencatat suatu prestasi yang gemilang dan sangat kredibel di masyarakat. Namanya pun sangat harum di kawasan Pontianak dan mungkin Kalbar pada saat itu. Semuanya itu tidak diragukan lagi karena ada pengakuan bahwa sebagian besar alumni Paulus sudah pada sukses dan berhasil hidup di masyarakat. Memang ada juga sejumlah alumni yang kurang beruntung membangun hidup, namun satu dari sekian sehingga secara makro pada berhasil. Barangkali baik juga bila SMA Paulus yang sekarang dapat melihat kembali ke belakang apa yang dilakukan pada saat itu sehingga menjadi eksis sampai saat ini?
Pertama, Paulus pada saat itu sangat dikenal dengan DISIPLIN. Baik guru maupun siswanya sangat disiplin. Inilah factor keberhasilan itu. Disiplin waktu, kerja, dan sebagainya sehingga memberi kesan bahwa SMA Paulus begitu ketat. Tetapi sebenarnya tidak, tergantung kesadaran tiap pribadi. Jika mau berhasil harus sungguh-sungguh patuh pada setiap peraturan yang ada di sekolah. Justru dari kiat inilah Paulus mulai menumbuhkembangkan sumber daya manusianya. Sehingga di masyarakat sikap ini menjadi bagian dari cermin tiap pribadi keluaran Paulus.
Kedua, Paulus pada saat itu sangat familier – kekeluargaan. Baik guru maupun siswanya tidak ada rasa untuk membeda-bedakan yang namanya suku, agama, dan sebgainya. Semuanya menjadi akrab dalam relasi kekeluargaan. Relasi ini mencerminkan suatu misi-visi penyelenggara sekolah, yaitu persaudaraan. Setiap pribadi dihormati, dihargai dan dipercaya sehingga berpacu untuk memajukan sekolah. Dan pemberdayaan pada setiap pribadi karena setiap pribadi memiliki bakat dan talenta istimewa. Nah, bakat dan talenta itu dibaktikan demi keharuman nama Paulus, misalnya dalam bidang olah raga, pelajaran yang sangat di kenal dan termasuk disegani kala itu, yakni hitung dagang. Semua mendukung keunggulan itu dengan partisipasinya. Bahkan karena terasa begitu kental suasana kekeluargaan sehingga suasana dalam kelas pun kadang-kadang relasi itu dapat dialami seperti relasi orang tua kepada anaknya sendiri. Guru begitu pengertian, memperhatikan siswa sehingga para siswa tidak lagi macam-macam selain patuh kepadanya karena patut dicontoh dan diteladani. Perhatian itulah cara guru membangun ikatan emosional dengan siswanya sehingga ‘enak’ dalam belajar. Dan jangan lupa ikatan emosi itulah membuat relasi siswa tidak berhenti di dalam kelas berlanjut sampai di luar yang sekarang kita lihat relasi antar alumni.
Ketiga, Paulus pada saat itu ‘ringan tangan’ atau dikalangan siswanya dikenal dengan istilah saling membantu. Membantu atau menolong satu sama lain ketika ada yang mengalami kekurangan. Bantuan tidak hanya pada materi (uang-barang). Bantuan dapat juga berupa pikiran, perhatian, membagikan bakat atau talenta sehingga semua akhirnya dapat mengatasi persoalan itu. Dan itu terbawa terus sampai di masyarakat. Di antara alumni pun mereka masih saling membantu bahkan bukan hanya di kalangan alumni tapi merambah ke almamaternya. Bantuan sekecil apa pun jika diberikan dengan tulus dan ikhlas akan memberi semangat dan daya hidup paa orang yang bersangkutan.
Keempat, Paulus pada saat itu memiliki kredibel dan nilai plus di masyarakat. Tamatan dari Paulus tidak diragukan lagi. Masyarakat sudah kenal, tahu dan percaya. Mereka sudah mendapat kepercayaan sehingga sebelum tamat kantor atau perusahan sudah memesan siswanya. Apa yang disiapkan di Paulus paling tidak menjawabi kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja-pasaran juga. Dan itu tidak perlu tes atau melamar lagi, langsung masuk kerja. Bahkan mereka diberi pos-pos penting seperti pengambil keputusan dan sebagainya. Khusunya dalam bidang Hitung Dagang (akuntasi) sangat dibanggakan karena hanya satu-satunya yang ada di Paulus. Hitung Dagang telah mengharumkan nama Paulus. Perkembangan zaman sedikit demi sedikit telah menggeser Hitung Dagang. Maka Paulus sekarang mau menampilkan apa sehingga menjadi nilai plusnya?
Nah, kalau kita menggali terus tentu masih banyak hal yang membuat Paulus dikenal dan dipercaya oleh masyarakat. Namun, perjalanan waktu dan perkemangan zaman telah mengubah kondisi dan lingkungan hidup pada umumnya dan SMA Paulus pada khususnya. Paulus yang dulu telah berjuang dan berkorban memberi warna dan mengharumkan nama. Mereka meletakan dan membangun SMA Paulus dengan nilai-nilai tersebut sehingga terkenal. Semua usaha itu memang berat, tetapi lebih berat untuk bertahan. Memulai itu mudah, tetapi meneruskan dan mempertahankan itulah persoalan tersendiri. Kini kita pada posisi untuk meneruskan dan mempertahankan apakah sulit? Pernakah kita duduk bersama dan menengok ke belakang bahwa Paulus mempunyai jurus jitu yang tidak tersaingi oleh sekolah yang lain? Kini sudah banyak sekolah di Pontiank dan Kalbar dengan embel-embel sekolah plus, standar nasional, bertaraf internasional. Harga jual “Hitung Dagang” tidak zamannya lagi. Lalu kita mau jual apa yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat, lapangan kerja, atau dunia kampus? Semuanya itu kalau kita duduk bersama satu meja melihat kembali apa yang tidak kita perhatikan selama ini, kita lalai, lengah sehingga tak mampu bersaing. Bagaimana mekanisme kerja, manajemen pengelolaan sekolah, dan misi-visi, nilai-nilai yang mau kita perjuangkan? Semuanya tersimpan rapi dalam kata komunikasi . Mari kita mulai lagi dengan cara berkomunikasi yang baik dan sepantasan sebagai manusia yang disebut sebagai makhluk yang paling mulai karena ia memiliki pikiran dan hati yang terangkum dalam bahasa. Bahasa dapat kita ekspresikan dalam majalah kesayangan kita … Varia … inilah wajah dan kepribadian SMA Paulus. Semoga apa yang kita mulai hari ini tumbuh dan berbuah di kemudian hari. Semoga….

Bruder Gerardus Weruin, MTB di hari kelahiran, Kamis, 6 Maret 2008.
(Ini sebuah cuplikan wawancara dengan Pak wakil wali kota Pontianak, alumni SMA Santo Paulus).

Tidak ada komentar: