Senin, 20 April 2009

YPSB Menggelar Budaya Nilai





Yayasan pendidikan sekolah Bruder (YPSB) menggelar pembinaan bagi guru dan karyawan TK, SD, SMP dan SMA di Pontianak (10-13/2-’09). Pembinaan ini diikuti oleh guru-karyawan TK, SD SMP Bruder dan SMP Santo Tarsisius Singkawang, SMP Bruder Pontianak dan SMA Santo Paulus Pontianak. Kegiatan ini diadakan di gedung Bina Remaja dan ruang Multimedia SMA Santo Paulus. Pembinaan kali ini membahas tema ”Pendidikan Nilai atau Budaya Nilai”. Dalam kegiatan tersebut para guru dan karyawan dibimbing oleh tim Living Values, yakni Drs. MC Gunawan dan Drs. Petrus Damianus Subagya, MM dari Jakarta.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pembinaan sebelumnya yang mengangkat lima tema yang dianggap urgen berkaitan dengan tuntutan masyarakat. Kelima hal yang merupakan tuntutan masyarakat yakni, quality (kualitas pelayanan jasa), cost (biaya sebanding dengan perolehan), delivery time (tepat waktu, disiplin), safety ( aman, tercipta budaya sekolah), morale (etika, pendidikan nilai, moral terjalin secara terpadu). Tuntutan itu sekaligus menjadi refleksi YPSB, apakah sekolah kita masih mempunyai daya tarik, saing, dan bertahan di zaman global ini? Menjawabi refleksi itu maka tema moral menjadi prioritas untuk pembinaan bagi para guru dan karyawan di lingkungan YPSB.
Menurut Drs. PD Subagya pendidikan nilai sangat mendesak bagi anak didik kita. Hal ini bertolak dari masyarakat internasional dan nasional saat ini tumbuh dalam suasana yang tidak bernilai. Karena kehidupan sehari-hari diwarnai dengan kekerasan yang semakin meluas. Tindakan kekerasan telah melahirkan ketidakadilan dan penindasan terhadap sesama manusia. Kita hidup dalam suatu masa yang penuh persaingan dan saling menyingkirkan satu sama lain. Hal ini membuat hidup kita tidak aman, nyaman, damai, dan bahagia lagi. Kondisi tersebut sangat mengancam, sehingga kita harus cepat merespon supaya siswa tumbuh dan berkembang secara positif dan bertanggung jawab. Para guru dan karyawan harus memberikan penghargaan kepada anak didik, sehingga mereka dapat berubah. Bapak – Ibu guru diharapkan mulai dengan hal yang positif sedikit demi sedikit pada diri sendiri. Dengan demikian hal positif itu berpengaruh pada anak didik, sehingga merasa aman, bernilai, berharga, dipahami dan dicintai di lingkungan sekolah.
Sementara itu, Bapak Drs. M. Gunawan lebih menekankan bahwa dalam pendidikan nilai kita dapat belajar dari sang guru utama, Yesus Kristus. Ia memberi contoh dengan tindakan bukan hanya kata-kata. Ia merasa kasihan, iba lalu mengulurkan tangan baru berkata bukan sebaliknya. Yesus juga memberi kesempatan kepada orang berdosa- bersalah untuk diam berpikir, sehingga ada kesempatan untuk menjadi baik. Bapak Gunawan berharap agar para guru dan karyawan dapat mencontohi tindakan Yesus tersebut.
Kegiatan ini ditutup dengan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Samuel Jumen, OFM Cap. Pastor Samuel berpesan walaupun pendidikan nilai ini belum berhasil, tetapi kita harus bersyukur ada yang mulai menggerakan kita. Sementara itu, Bapak Subagya menambahkan bahwa kita harus belajar burung Elang. Burung Elang mempunyai kebiasaan lain dengan semua burung. Ketika tiba saatnya, ia terbang ke gunung yang tinggi. Di sana ia melakukan transformasi diri, yakni menggantikan buluh, paruh, kuku yang tajam, sehingga menjadi baru kembali. Proses ini dilalui penuh dengan penderitaan. Namun, dengan cara itulah yang membuat dia bertahan hidup hidup lebih lama dari semua burung. Begitu pula dengan kita para guru-karyawan perlu melakukan transformasi diri. Setelah kita mengalami pendidikan nilai ini diharapkan supaya tim ini mulai ”membakar” Kalimantan Barat supaya sadar akan pentingnya budaya nilai. Mulailah dari diri sendiri! Budaya nilai tersebut akan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Kemudian ketua YPSB, Br. Yanuarius, MTB menutup kegiatan pembinaan guru-karyawan itu dengan berpesan aga guru-karyawan dapat melaksanakan nilai-nilai yang sudah didapat dengan gembira bukan membuat masalah. Bapak Ibu guru jangan berharap anak melakukan cinta kasih, menghormati, memahami dan sebagainya jika tidak bermula dari gurunya. Nilai-nilai bukan sekadar diucapkan melainkan harus diwujudkan dalam tindakan, perbuatan dan sikap, sehingga menjadi kebiasaan, budaya nilai. Semuanya itu demi mencerdaskan anak didik kita sehingga mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana aman, bernilai, berharga, dipahami, dan dicintai. Sang moderator, Bapak Bernard mengakhirnya kegiatan ini dengan berpantun :





Orang bujang hatinya panas
sehingga terlihat mukanya merah
Selamat berjuang, selamat bertugas
raihlah masa depan nan cerah.

Bersantai-santai waktu pulang
karena semua sudah lurus
pandai-pandai cari peluang
supaya Anda meraih sukses.



Br. Gerardus Weruin, MTB (sudah dimuat di majalah EDUCARE Edisi Maret 2009).

Tidak ada komentar: